Senin, 22 November 2010
Senin, 08 November 2010
Rabu, 03 November 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Selasa, 03 Agustus 2010
Rabu, 24 Maret 2010
Rabu, 17 Maret 2010
TUGAS MBS
TUGAS
Tugas di kumpulkan minggu depan
Tugas di buat pada kertas HVS ukuran A4
- Buat sebuah Visi Sekolah
- Buat pula indicator visi
- Lengkapi dengan Misi nya dan
- Buatkan pula indicator misinya
Penilaian:
Kerapian. Kejelasan, ketajaman
Minggu, 28 Februari 2010
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
E. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Proses pembelajaran yang berlangsung dengan kegiatan belajar yang sama, cenderung menurunkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, perIu diciptakan kondisi yang beragam selama proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan.
1.Tujuan
- Menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap aspek-aspek pembelajaran yang relevan
- Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan penelitian (inverstigasi) dan penjelajahan ( eskplorasi)
- Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
- Kemungkinan peserta didik mendapat layanan secara individual sehingga memberikan kemudahan belajar.
2.Prinsip Penggunaan
- Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan hakikat pendidikan
- Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian pesertai didik dan mengganggu proses pembelajaran
- Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik. Artinya secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran (berstruktur).Dan apabila diperlukan komponen tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan sesuai dengan pengembangan proses pmbelajaran dan balikan dari peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
a. Variasi gaya mengajar guru: variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, pergantian posisi guru dalam kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan materi, yaitu: media,materi yang dapat didengar, dapat dilihat dan dapat diraba serta dimanipulasi.
c. Varisasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik, misal: partisipasi peserta didik dalam mendengarkan informasi guru, berdiskusi, kelompok-kelompok kecil, mengerjakan suatu tugas.
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
D. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Pada hakekatnya hampir semua orang ingin dihargai.Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh penghargaan merupakan salah satu tuntutan setiap orang dalam hidupnya sehari-hari. Karena itu jika seseorang membutuhkan penghargaan yang lebih akan mendorong dirinya untuk memperbaiki tingkah laku dan mening katkan cara kerjanya.
Dalam proses pembelajaran penghargaan juga mempunyai arti yang penting. Karena dengan penghargaan memberikan penguatan atas tingkah laku positif peserta didik. Dan akan mendorong dirinya untuk mengambil inisiatif serta bersemangat dalam belajar.Untuk itu menerapkan keterampilan memberikan penguatan secara sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang tepat akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
1. Pengertian
Keterampilan memberi penguatan adalah respon yang positif terhadap tingkah laku peserta didik yang memungkinkan terulangnya kembali tingkah laku tersebut
2. Tujuan
Memberi penguatan terhadap tingkah laku positif peserta didik selama proses pembelajaran bertujuan:
a. Meningkatkan perhatian peserta didik.
b. Memudahkan peserta didik selama proses pembelajaran.
c. Membangkitkan dan memelihara motivasi.
d. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang negatif kearah tingkah laku belajar yang produktif.
e. Mengatur dan mengembangkan diri sendiri dalam mengajar.
f. Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan
a. Kehangatan dan Keantusiasan
Dalam memberikan penguatan hendaknya menunjukkan kehangatan dan keantusiasan secara efektif baik suara, mimik maupun gerakan badan.
b. Makna
Bila guru mengatakan kepada seorang peserta didik, "karangan anda sangat baik", padahal karangan tersebut bukan hasil karyanya, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi peserta didik.Sebaiknya kepada peserta didik itu guru mengatakan, " karangan akan lebih baik jika anda berusaha sendiri". Dengan cara ini penguatan yang diberikan wajar dan bermakna bagi peserta didik yang bersangkuatan.
c. Hindakan Pemberian Respon Yang Negatif;
Respon negatif seperti komentar yang bernada menghina, ejekan kata-kata kasar, sindirian dan sebagainya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.
4. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
a. Penguatan verbal, seperti: bagus, benar, tepat; pekerjaan anda baik sekali, saya gembira dengan hasil pekerjaan anda dan sebagainya.
b. Penguatan dengan mimik dan gerakan badan, seperti: senyuman, anggukan, acungan jempol, tepuk tangan. Hal ini dapat diikuti dengan penguatan verbal.
c. Penguatan dengan cara mendekati, seperti: berdiri di samping peserta didik, berjalan menuju kearah peserta didik, duduk dekat peserta didik/kelompok dan sebaginya. Hal ini dapat dibarengi dengan penguatan verbal.
d. Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap peserta didik atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau mengangkat tangan peserta didik yang berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan ini harus bijaksanan artinya dipertimbangakan umur, jenis kelamin dan latar kebudayaan setempat (umpamnnya mengelus-elus rambut ).
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Kegiatan atau tugas yang menyenangkan dapat dipakai sebagai penguatan.Misal: peserta didik yang dapat menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan baik dapat diberi tugas untuk membantu temannya yang kesulitan dan sebagainya.
f. Penguatan berupa simbol atau benda seperti: komentar tertulis pada buku peserta didik, kartu bergambar, bintang, lencana dan lainnya asal tidak terlalu mahal tapi bermakna simbolis.
KETRAMPILAN BERTANYA
C. KETRAMPILAN BERTANYA
Pada hakekatnya bertanya adalah inti dari mengajar.Dalam proses pembelajaran, pertanyaan cenderung untuk kepentingan yang ditanya.Untuk itu latihlah keberanian peserta didik untuk bertanya sehingga mereka terarah ke indikator dan terhindar dari hal yang menyesatkan.
Di samping itu menurut John Dewey, bahwa: "berpikir adalah bertanya". Dengan mengajukan pertanyaan secara berencana, peserta didik diantarkan untuk berpikir kritis, kreatif dalam proses dan hasil belajar. Pertanyaan yang tersusun dengan baik sebenarnya Iebih dari separo terjawab.Satu gambar dapat bernilai seribu kata, dan satu pertanyaan yang tepat dapat bernilai seribu gambar.
Mengajukan beberapa pertanyaan lebih baik dari pada mengetahui semua jawaban.Sehubungan dengan hal diatas, maka selama proses pembelajaran peserta didik perlu dilatih keberaniannya dalam mengajukan pertanyaan.
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah keterampilan yang berisi ucapan verbal yang meminta respon dari peserta didik.
2.Tujuan Keterampilan Bertanya
- Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi
- Memusatkan perhatian peserta didik terhadap konsep-kosep pokok materi
- Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik dalam belajar.
- Meningkatkan keterlibatan peserta didik selama proses pembelajaran
- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengasimilasikan informasi.
- Mendorong peserta didik untuk berani berpendapat dalam diskusi.
- Menguji dan mengukur hasil belajar peserta didik.
- Menstimulasi peserta didik untuk bertanya pada diri sendiri atau temannya.
- Menstrukturkan pertanyaan atau tugas yang memungkinkan peserta didik belajar secara maksimal.
- Mengembangkan cara berpikir peserta didik.
- Mengembangkan refleksi dan komentar peserta didik terhadap respon temannya.
l. Mengungkapkan keinginan yang sebenarnya dari peserta didik melalui ide dan perasaanya.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
a. Kehangatan dan keantusiasan (sikap, gaya, suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan).
Sikap hangat dan penuh semangat yang ditunjukkan guru dalam menanggapi jawaban (respon) peserta didik, sangat penting dalam memelihara kelangsungan peran aktif peserta didik selama proses pembelajaran dan terhadap sesamanya. Untuk itu perhatikan sungguh-sungguh respon peserta didik, janganlah dikritik melainkan tuntunlah sampai menemukan jawabannya. Hindari kebiasaan-kebiasaan:(1) mengulang pertanyaan sendiri; (2) mengulang jawaban peserta didik; (3) menjawab pertanyaan sendiri: (4) pertanyaan yang memancing jawaban serentak; (5) pertanyaan ganda; (6) menunjuk peserta didik terlebih dahulu sebelum pertanyaan diajukan.
b. Bervariasi
Pertanyaan harus dilakukan dengan bervariasi seperti bentuk pertanyaan, cara menyampaikan pertanyaan serta waktu mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran. Adakalanya diajukan di awal proses atau diajukan di akhir atau di tengah proses.
4. Komponen Keterampilan Bertanya
1) Jelas, dan Singkat
Pergunakan kata-kata hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan peseta didik.
2) Pemberian Acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan dapat disampaikan acuan yang relevan dengan respon yang diharapkan.
3) Pemusatan
Pada umumnya dimulai dari pertanyaan berfokus luas kemudian mengarah ke pertanyaan yang berfokus sempit.
4) Pindah Gilir
Semula pertanyaan ditujukan ke kelas, kemudian menunjuk beberapa peserta didik dengan jalan menyebut nama mereka secara bergilir.
5) Penyebaran
Pemberian giliran menjawab pertanyaan hendaknya merata.
6) Pemberian Waktu Berpikir
Pertanyaan diajukan ke kelas, kemudian selang beberapa detik baru rnenunjuk peserta didik untuk merespon.
7) Pemberian Tuntunan.
Hal ini dilakukan bila jawaban peserta didik kurang sempurna, yaitu menuntun sampai mereka menemukan jawaban yang benar, misalnya dengan:(1) mengulang kembali pertanyaan secara sederhana dan mudah di pahami peserta didik; (2) mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana untuk menuntun ke pertanyaan semula; (3) mengulangi penjelasan yang berhubungan dengan pertanyaan.
b. Komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan.
1) Pengubahan Tuntutan Tingkat Kognitif Pertanyaan.
Dapat diIakukan dengan jalan meningkatkan tingkat kesulitan pertanyaan dari pertanyaan yang kurang menuntut pelibatan proses mental ke pertanyaan yang menuntut pelibatan proses mental secara kompleks. sehingga pertanyaan tidak hanya menuntut respon berupa fakta saja tetapi lebih dari itu: pemahaman, aplikasi, analisis, sintesisi dan evaluasi.
2) Pengaturan Urutan Pertanyaan.
Penyusunan dan penyampaian pertanyaan agar urut dari yang mudah ke yang sulit, sederhana ke kompleks.
3) Penggunaan Pertanyaan Melacak.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, maka pertanyaan dapat ditingkatkan. Misal: meminta peserta didik untuk memberikan alasan atau contoh yang relevan dan sebagainya.
Adapun teknik untuk melacak jawaban peserta didik, antara lain:
a) Klarifikasi.
Cara ini dilakukan jika jawaban peserta didik kurang baik/tepat, maka dapat diminta kejelasannya dengan mengajukan pertanyaan lagi atau dengan kata-kata lain sampai jawaban peserta didik jelas.
b) Meminta Peserta Didik Untuk Memberikan Alasan.
Caranya dengan mengajukan pertanyaan untuk meminta bukti dari jawaban peserta didik, misal:Mengapa anda mengatakan demikian? Bagaimana anda mendapatkan kesimpulan itu?.
c) Meminta Kesepakatan (konsensus).
Mengajukan pertanyaan se.cara klasikal untuk meminta peserta didik lain memberikan kesepakatan atau penolakan terhadap pendapat temannya dengan disertai alasan.
d) Meminta Ketepatan/kecermatan Jawaban.
Hal ini dilakukan apabila jawaban dari peserta didik dirasa kurang tepat. Agar ketepatan respon dapat diwujudkan, maka perlu pertanyaan melacak dengan teknik menuntun.
e) Meminta Jawaban Yang Relevan.
Jika jawaban peserta didik di rasa kurangltidak relevan, maka dapat diajukan pertanyaan yang diminta peserta didik untuk meninjau kembali jawabannya sampai mendapatkan jawaban yang benar dan relevan.
f) Meminta Contoh.
Jika jawaban peserta didik dianggap terlalu luas atau samar-samar, maka dapat diajukan pertanyaan yang meminta peserta didik untuk memberikan contoh atau ilustrasi, sehingga jawaban menjadi lebih baik.
g) Meminta Jawaban Yang Lebih Kompleks.
Apabila jawaban peserta didik di nilai masih dapat di tingkatkan secara luas dan mendalam, maka dapat diajukan pertanyaan yang meminta peserta didik untuk menambah kejelasan dari jawabannya.
4) Peningkatan Terjadinya Interaksi.
ApabiLa peserta didik yang memberikan jawaban hanya sebagian kecil dan cenderung peserta didik laki-laki saja, maka dapat ditingkatkan partisipasi dan interaksi antar peserta didik selama proses pembelajaran. Untuk itu perlu diciptakan situasi sehingga pertanyaan tidak dijawab peserta didik itu-itu saja, misal dengan mengurangi kesempatan peserta didik yang dimaksud dan meminta peserta didik lain untuk memberikan komentar secara kritis atas jawaban temannya.
KETRAMPILAN MENJELASKAN
B. Keterampilan Menjelaskan
Tidak jarang bahwa guru dalam mejelaskan atau memberikan informasi hanya jelas bagi dirinya sendiri.Hal ini disebabkan antara lain guru belum mengenal tingkat pemahaman peserta didik yang notabane berbeda-beda. Disamping latar belakang lain seperti ekonomi dan sosiai budaya, ternyata tidak sedikit peserta didik yang belum mampu menggali sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lain. Untuk itu keefektifan guru dalam memberikan penjelasan tentang materi yang disajikan akan meningkatkan pemahaman peserta didik yang beranekaragam latar belakangnya.
1. Pengertian
Keterampilan menjelaskan adalah menyajikan materi dengan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis sehingga terdapat hubungan, misalnya: sebab akibat, antara yang sudah diketahui dengan yang beium diketahui, antara hukum (dalil, definisi) dengan bukti-bukti atau contoh sehari-hari.
2. Tujuan Penggunaan
a. Untuk membimbing peserta didik dalam memahami jawaban dari pertanyaan " mengapa" yang diajukan oleh guru atau sesama peserta didik.
b. Membantu peserta didlk dalam memahami materi yang bersifat konsep, dalil hukum dan sebagainya secara obyektif dan benar.
c. Melibatkan peserta didik untuk berfikir memecahkan masalah atau perta
nyaan.
d. Untuk mendapatkan umpan balik tentang tingkat pemahaman peserta didik dan mengatasi kesalahpengertiannya terhadap materi yang disajikan.
e. Mernbantu peserta didik untuk menghayati dan mendapatkan proses, penggunaan bukti dalam menyelesaikan masalah yang meragukan.
3. Prinsip Penggunaan
a. Penjelasaan dapat diberikan pada awal, tengah atau akhir pertemuan, tergantung keperluan dan dapat diselingi tanya jawab.
b. Penjelasan hendaknya relevan dengan indikator .
c. Penjelasan dapat diberikan atas dasar pertanyaan dari peserta didik dan atau direncanakan sendiri oleh guru.
d. Materi yang dijelaskan hendaknya bermakna bagi peserta didik.
e. Penjelasan hendaknya sesuai dengan belakang kemampuan peserta didik.
4. Komponen Keterampilan Menjelaskan
a. Menganalisis dan Merencanakan Penjelasan.
1) Isi pesan (materi) yang akan dijelaskan.
a) Menganalisis materi s:cara keseluruhan untuk mengidentifikasi hubungan unsur-unsur yang akan di jelaskan.
b) Menentukan jenis hubungan dari unsur-unsur yang di jelaskan.
c) Menggunakan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan antar yang telah ditentukan.Atau penerapan hukum, rumus atau generalisasi pada peristiwa lain.
2) Penerima pesan (peserta didik).
Dalam merencanakan suatu penjelasan hendaknya di analisis latarbelakang peserta didik. Karena berhasil tidaknya suatu penjelasan tergantung penerima pesan yang mendengarkan. Disamping itu apakah suatu penjelasan:
a) Relevan dengan pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik atau situasi yang membingungkan mereka.
b) Memadai, yaitu mudah di serap oleh peserta didik melalui apa yang telah diketahuinya.
c) Cocok dengan khasanah pengetahuan peserta didik pada waktu itu.
b. Menyajikan Suatu Penjelasan.
1) Kejelasan.
Dalam menyajikan suatu penjelasan hendaknya menggunakan bahasa ucapan dengan jelas lafal katanya, jelas kata-katanya, volume suara memadai, dan lancar dalam penyajiannya.Hindarilah menggunakan kata penyela, seperti: aaa, eee, mmm, eh, dan sebagainya. Kalimat menggunakan tata bahasa yang baik dan benar dan hindari kalimat yang kurang atau tidak lengkap. Untuk mengurangi salah tafsir, maka penggunaan istilah asing, baru agar diberikan artinya yang jelas. Hindari penggunaan istilah, ungkapan, seperti sejauh mana, yang semacam itu, kira-kira, beberapa, satu atau dua sudah cukup, dan sebagainya.
Upayakan adanya waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat apakah yang dijelaskan telah dimengerti oleh peserta didik.
2) Penggunaan Contoh dan Ilustrasi.
Pemahaman peserta didik terhadap konsep baru apalagi yang sulit dapat ditingkatkan dengan menghubungkan konsep dengan dengan pengetahuan atau situasi yang telah diketahui sebelumnya, yang disertai contoh yang jelas dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Upayakan contoh-contoh dikaitkan dengan dalil, rumus, hukum (generalisasi) sehingga penjelasan lebih menarik, efisien clan efektif.
3) Pemberian Tekanan.
Dalam penjelasan, perhatian peserta didik agar dipusatkan pada masalah pokok dan cara pemecahanya. Agar dikurangi penjelasan yang tidak penting dan berarti.
a) Varisasi Cara Mengajar.
Penjelasan untuk masalah yang penting hendaknya memberikan tekanan suara dan perubahannya, dari keras ke lembut, bernada tinggi ke rendah, bergetar dan sebagainya.
b) Struktur Sajian.
Penjelasan hendaknya menunjukkan arah atau tujuan utama penjelasan isi materi, dengan jalan:(1) memberikan ikhtisar dan pengulangan; (2) memafrase (menyatakan dengan kalimat lain) jawaban peserta didik dan; (3) memberikan isyarat lisan seperti: "pertama", "kedua", dan sebagainya.
4) Balikan (Umpan Balik).
Selama penjelasan hendaknya diberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukkan pemahaman atau ketidak mengertiannya, terhadap isi penjelasan dengan mengajukan pertanyaan atau meIihat tingkah laku dan mimik peserta didik. Pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya: "Apakah kalian mengerti penjeIasan tadi? atau "Apakah penjelasan tadi bermakna bagi katian'?".
Hal ini untuk menyesuaikan penjelasan, misalnya kecepatannya, memberikan contoh tambahan, mengulang kembali hal-hal yang penting.
Guru yang hangat dan akrab dengan siswanya akan selalu menunjukkan antusias dalam mengajar dan mengelola kelas.
Kehangatan pribadi akan sangat tergantung dari bawaan dan pengetahuan tentang mengelola kelas. Tingkat kesenangan siswa terhadap guru akan mempengaruhi kehangatan yang dipancarkan oleh guru saat mengajar. Frand W. Hart menyimpulkan beberapa kriteria guru yang disukai siswanya (dari suatu penelitian di USA) :
a. Guru yang suka membantu murid dalam pelajaran, misalnya menerangkan pelajaran dengan jelas dan menggunakan contoh-contoh yang jelas.
b. Guru yang periang, gembira mempunyai perasaan humor.
c. Bersikap bersahabat, merasa menjadi salah seorang anggota dari kelompok kelasnya.
d. Mempunyai perhatian baik terhadap siswa dan dapat memahami siswa.
e. Berusaha agar pekerjaan menarik dan dapat membangkitkan keinginan bekerja bagi murid.
f. Bersikap tegas dan memunyai rasa hormat terhadap murid (dapat menjaga ketertiban kelas).
g. Tidak pilih kasih atau tidak mempunyai anak kesayangan.
h. Tidak suka mengomel atau mencela dan tidak berkata kasar.
i. Dapat dijadikan sebagai teladan/contoh, atau murid dapat mempelajari sesuatu dari padanya.
j. Mempunyai pribadi yang menyenangkan.
Sebagai bandingannya, di sini ada baiknya dikemukakan pula beberapa ciri guru yang tidak disukai siswa :
a. Terlampau pemarah, tidak pernah senyum, berkata kasar.
b. Tidak suka membantu murid, tak jelas menerangkan pelajaran tidak tegas memberikan tugas, tidak mempunyai persiapan.
c. Pilih kasih, menekan murid-murid tertentu
d. Tinggi hati, sombong dan tidak mengenal murid.
e. Tak keruan, tidak teliti, tak mempunyai toleransi kasar dan menyeramkan suasana.
f. Tidak adil memberi angka baik dalam ulangan maupun dalam ujian.
g. Tidak dapat menjaga perasaan anak, suka membentak-bentak siswa di hadapan teman-temannya.
h. Tidak mempunyai tugas dan pekerjaan rumah yang tidak sepantasnya.
i. Tidak dapat menjaga disiplin di dalam kelas.
Bagaimana dengan ciri-ciri guru yang anda senangi, apakah ada kesesuaian dengan hasil penelitian seperti disebutkan di atas. Dan kenapa pakaian yang indah, wajah yang cantik/ganteng, suara yang merdu kurang mendapat perhatian murid.
Sedangkan untuk menjadikan seorang antusias dalam mengajar terlebih dahulu di pengajar harus :
a. Dapat menguasai bahan/materi pelajaran yang akan diajarkan sepenuhnya, jangan hanya mengenal akan tetapi juga dapat memakainya. Dan bahan yang diajarkan itu harus berarti dan berguna bagi kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.
b. Dapat menyesuaikan methode mengajar dengan bahan yang diajarkan (tahu kapan methode tertentu dipergunakan dan untuk bahan yang bagaimana methode tertentu dipergunakan)
c. Dapat menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan si anak.
5) Gaya Mengajar Yang Luwes dan Penggunaan Variasi
Gaya mengajar guru adalah segala lagak lagu guru yang terlihat dalam segala tindak tanduknya sebagai pencaran dari diri pribadinya saat ia mengajar, gaya mengajar akan terkait dengan peribadiannya.
Gaya mengajar yang baik adalah gaya mengajar yang wajar yang tidak dibuat. Yang termasuk ke dalam gaya mengajar ini :
a. Cara guru berdiri di muka kelas
b. Cara guru bergerak dan berjalan di muka kelas
c. Gerakan-gerakan tangan yang dilakukan saat mengajar
d. Pandangan mata yang luas pandangannya
e. Mimik dan gerakan muka
f. Suara, cara menulis, bertanya dan menegur
g. Dan lain sebagainya.
Komponen ini diharapkan dapat menyatu hadir bersama guru saat mengajar yang dibarengi dengan "sikap tanggap" sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara :
- Memandang kelas dengan cara seksama, dan kontak pandang antara guru dan siswa, serta tahu kapan dipergunakan masing-masing komponen tersebut.
- Berjalan keliling mendekati siswa baik dalam bentuk kelompok kecil maupun secara individu.
- Pernyataan bahwa guru telah siap untuk memulai pelajaran dan siap merespon kebutuhan siswa.
Penggunaan variasi dalam mengajar akan meliputi tiga aspek yaitu :
- Variasi gaya mengajar
- Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran
- Variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Dalam mengajar ada variasi apabila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang dipergunakan berganti-ganti dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa.
Prinsip penggunaan variasi, dalam menggunakan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, disamping juga harus ada variasi penggunaan komponen-komponen untuk tiap jenis variasi sehingga tujuan pengajaran tercapai.
Komponen-komponen variasi :
- Variasi suara (intonasi, nada, volume dan kecepatan) guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukkan hal yang perlu, hal yang diperhatikan dengan memakai secara tepat variasi suara.
- Penekanan, untuk memfokuskan perhatian terhadap suatu aspek yang penting atau aspek kunci sehingga perilaku yang mendukung untuk itu perlu ditegakkan. Penekanan ini bisa dilakukan secara verbal, secara gestural.
- Pemberian waktu, untuk mengembalikan suasana tenang atau untuk menarik kembali perhatian siswa dapat dilakukan dengan merubah bersuara menjadi sepi, dari kegiatan menjadi tidak berkegiatan.
- Kontak pandang, bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas menatap mata setiap siswa. Guru dapat menggunakan matanya untuk menyampaikan informasi, merobah suasana serta mengambalikan keadaan kepada situasi yang diharapkan.
- Gerakan anggota badan, variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan, tidak hanya akan menolong dalam penyampaian informasi akan tetapi juga dapat efektif dipergunakan untuk mengembalikan keadaan kepada situasi yang diharapkan.
- Pindah posisi, perpindahan posisi guru dalam kelas akan dapat menarik perhatian siswa. Perpindahan ini bisa saja dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan, atau dari berdiri ke duduk. Yang penting dalam perpindahan posisi ini harus ada tujuan yang diharapkan bukan hanya sekedar mondar mandir.
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Konsep keterampilan dasar mengajar yang di uraikan secara garis besar inr dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan memotivasi peserta penataran agar memodifikasi teknik mengajar yang dilakukan selama ini sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misal, dengan berorientasi pada strategi dan pendekatan pembelajaran tertentu.
Sumber utama dalam penulisan konsep ini diambil dari buku: "Proses Belajar Mengajar :Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro",oleh Drs. J.J.Hasibuan, Dipl.Ed., dkk., 1988", yang meliputi:
- KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
1. Pengertian
Dalam mengawali proses pembelajaran yang sering di lakukan guru, antara lain : mengabsen kehadiran dan menertibkan peserta didik, menyuruh peserta didik untuk menyiapkan alat tulis menulis dan buku pegangan, mengisi daftar hadir dan mengakhirinya dengan tugas rumah.Kegiatan ini beium dapat dikategorikan sebagai membuka dan menutup pelajaran.Karena belum tentu dapat mengajak peserta didik untuk memusatkan perhatiannya terhadap materi yang akan disajikan.
Keterampilan membuka peiajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental sehingga menimbulkan perhatian peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari.
Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhir; proses pembelajaran.
2. Tujuan Penggunaan
- Menimbulkan perhatian dan motivasi peserta didik agar siap mengerjakan tugas-tugas yang segera akan diberikan.
- Menunjukkan agar peserta didik mengetahui batas-batas tugasnya.
- Memberikan gambaran yang jelas tentang pendekatan yang mungkin digunakan peserta didik dalam mempelajari materi.
- Menunjukkan kepada peserta didik adanya hubungan antara pengalamannya dengan materi baru yang akan dan sedang dipelajari.
- Memberikan pengetahuan yang lebih kuat kepada peserta didik tentang fakta, konsep keterampilan yang tercakup selama proses pembelajaran.
- Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilannya selama proses pemhelajarar.
- Menunjukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran..
3. Prinsip Penggunaan
a. Kebermaknaan
Upaya menarik perhatian dan memotivasi peserta didik agar sesuai dengan indikator dan materi serta bermanfaat.
b. Berkaitan dan Berkesinambungan.
Kegiatan penyajian materi dan merangkum inti materi hendaknya merupakan suatu kesatuan yang utuh.Untuk itu diperlukan susunan materi yang sistematis sesuai dengan minat peserta didik, susunan materi hendaknya jeias kaitanya antara bagian atau kaitanya dengan pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
4. Komponen Ketrampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Komponen keterarnpilan membuka dan menutup pelajaran, antara lain:
1) Menarik perhatian peserta didik melalui: a) variasi gaya mengajar; b) penggunaan media dan; c) variasi pola interaksi.
2) Menimbulkan motivasi melalui : a) kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar; b) menggugah rasa ingin tahu peserta didik; c) mengajukan ide/gagasan dan; d) memperhatikan minat peserta didik.
3) Memberi acuan melalui :a) menginformasikan indikator dan batas-batas tugas; b) memberikan gambaran langkah-langkah yang akan dilakakan; c) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas dan; c) mengajukan pertanyaan.
4} Membuat kaitan antara materi baru yang akan disajikan dengan materi yang dikuasai peserta didik atau mempertentangkannya melalui:a) pertanyaan-pertanyaan; b) mereview secara singkat materi sebelumya; c) menjelaskan secara global konsep-konsep baru atau sebaliknya dengan menunjukkan fakta.
b. Komponen keterampilan menutup pelajaran, antara lain :
1) Meninjau kembali tingkat penguasaan atau pemahaman peserta didik terhadap pokok materi yang telah disajikan sebagai umpan balik.
2) Membuat rangkuman tentang pokok materi yang telah di sajikan.Hal ini dapat dilakukan bersama peserta didik atau oleh peserta didik sendiri.
3) Mengevaluasi keutuhan wawasan peserta didik dengan jalan meminta untuk:a) mendemonstrasikan pemahamannya; b) menerapkan pemahamannya pada situasi baru; c) memberikan komentar; c) mengerjakan tes tertulis
Selasa, 16 Februari 2010
Senin, 15 Februari 2010
Menulis proposal
PANDUAN MENULIS PROPOSAL <-- MORE --> I. Pendahuluan
Sebuah karya tulis, ilmiah selalu memuat bagian pendahuluan. Artinya, bagian ini wajib ada. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena pada bagian inilah kunci dari tulisan itu. Dalam bagian inilah terletak masalah tulisan (yang diteliti). Oleh sebab itu bagian ini sering juga disebut dengan bagian pengaiuari masalah. Bila dalam suatu karya tulis ilmiah bagian ini tidak ada, maka secara keilmuan nilai karya ilmiah karya tulis tersebut akan berkurang.
Pembicaraan terhadap isi dari suatu karya tulis ilmiah dimulai dari bagian pendahuluan ini, yaitu sistematika tulisan, bab dan sebab tulisan. Dengan demikian jelaslah bahwa bab I dari suatu tulisan adalah bab pendahuluan atau bab pengajuan masalah. Bab I ini biasanya dibangun oleh beberapa sub bab, diantaranya. adalah (1) latar belakang masalah, (2) pentingnya masalah, (3) identifikasi masalah, (4) batasan masalah, (5) rumusan masalah, (6) tujuan penelitian (penulisan), (7) manfaat penelitian (penulisan), dan (e) batasan istilah.
Uraian dari masing-masing sebab adalah sebagai berikut.
- Latar Belakang Masalah, dalam suatu tulisan, latar belakang masalah merupakan bagian Yang menguraikan penyebab seorang calon peneliti/penulis melakukan penelitian/penulisan. Bagian ini merupakan bagian yang mengantarkan, pembaca kepada permasalahan yang sebenarnya. Pada hematnya yang diuraikan pada latar belakang masalah adalah jawaban dari pertanyaan "Mengapakah peneliti/penulis meneliti/menulis?" Uraian terhadap pertanyaan ini dapat dilakukan dengan mengemukakan isu-isu yang menarik, pantaskah isu tersebut ditanggapi, kalau, Pantas, bagaimanakah cara menanggapinya, dan jelaskan bahwa penelitian yang akan diadakan merupakan salah satu cara. untuk memecahkan isu tersebut.
- Pentingnya Masalah, bagian ini merupakan bagian yang berisi uraian dari pertanyaan "Mengapa, masalah 'A' yang, akan saya teliti, mengapa tidak masalah 'B'?" Dipilihnya masalah 'A' yang akan diteliti, salah satu diantaranya disebabkan oleh karena masalah 'A' jauh lebih penting daripada masalah 'S'. Mengapa penting? Uraian dari rangkaian pertanyaan tersebutlah yang akan ditempatkan pada. bagian pentingnya masalah.
- Identifikasi Masalah, bagian ini merupakan bagian yang menguraikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu isu yang melatarbelakangi suatu perielitian. Pertanyaan penuntun yang dapat diajukan sehubungan dengan identifikasi masalah ini adalah "Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan masalah 'A' tersebut?"
Dalam suatu penelitian., poin 1, 2, dan 7, di atas kadang-kadang dibuat dalam satu bagian saja, yaitu bagian lata r belakang, identifikasi, dan pentingnya masalah.
- Pembatasan Masalah, bagian ini merupakan bagian yang menguraikan ruang lingkup makalah yang akan diteliti. Tidak seluruh masalah yang telah teridentifikasi dapat dan pantas diteliti oleh seseorang (calon peneliti). Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang ada pada, diri seorang calon peneliti. Misalnya keterbatasan dari segi waktu (untuk mahasiswa), biaya, dan kemampuan menyelesaikan penelitian.
- Perumusan Masalah, bagian yang paling mendasar pada bab - I atau bab pengajuan masalah adalah bagian perumusan masalah. Bagian ini merupakan sentral dari suatu penelitian. Teori-teori yang akan digunakan adalah teori yang relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Kenapa. rumusan masalah ini sangat penting? Banyak hal yang menyebabkannya, misalnya : (1) dapat mengarahkan peneliti dalam kegiatan penelitiannya, (2) dapat mengontrol kegiatan penelitian sehingga tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan, (3) dapat memudahkan pencarian rujukan dan penggunaan bahasa yang tepat. Segala, rumusan masalah ini dibuat dalam bentuk pertanyaan dan ditempatkan pada bagian perumusan masalah.
- Tujuan Penelitian, bagian tujuan penelitian adalah bagian yang hendak dicapai oleh peneliti. Sasaran tersebut adalah sasaran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tujuan penelitian sering juga dituliskan dalam bentuk tujuan umum dan khusus, Dalam rumusan yang seperti ini tidak ada salahnya, namun perlu diingat, akhir-akhir ini pembagian tujuan yang seperti ini sudah seeing ditinggalkan. Kebanyakan peneliti lebih suka membuat tujuan penelitian saja, walaupun secara tersirat didalamnya terdapat kedua tujuan tersebut.
- Manfaat Penelitian, bagian ini merupakan bagian yang berisi uraian tentang kegunaan hasil penelitian bagi pihak-pihak tertentu, misalnya guru, sekolah, Depdikbud, dan lain-lain. Gering ditemui kesamaan rumusan antara tujuan dan manfaat pada suatu laporan penelitian. Hal ini tidak benar. Kalau tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai oleh proses penelitian, maka manfaat adalah sumbangan yang dapat diberikan oleh hasil proses penelitian tersebut. Konsep kedua istilah ini sering tidak jelas oleh kebanyakan peneliti, terutama peneliti pemula. Itulah sebabnya rumusan kedua istilah ini seeing tumpang tindih.
- Batasan Istilah atau Definisi Operasional, bagian ini merupakan bagian yang memuat penjelasan tentang istilah-istilah yang terdapat pada judul penelitian. Tujuan pembuatan batasan istilah ini adalah untuk menghindarkan adanya kesalahpahaman antara penulis dengan pembaca. Melalui batasan istilah, diharapkan muncul kesamaan persepsi antara penulis dengan pembaca. Apa yang dimaksud oleh penulis, demikian pulalah yang dimaksud oleh pembaca.
Merumuskan batasan istilah, bukanlah membuat arti dari masing-masing kata yang terdapat pada judul penelitian. Akan tetapi adalah menjelaskan kata-kata inti yang ada pada judul tersebut. Yaitu bagaimanakah konsep peneliti terhadap masing-masing istilah itu. Kalau penelitiannya berjudul "Hubungan antara. Membaca Pemahaman dengan Menulis Eksposisi", maka yang perlu dijelaskan adalah istilah hubungan, membaca pemahaman, dan menulis eksposisi, bukan arti dari kata hubungan, antara, membaca, pemahaman, dengan, menulis, dan eksposisi
J. Kerangka Teoritis
Bagian kedua dari isi skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian adalah kerangka teori. Bagian ini sering juga disebut dengan kajian pustaka, landasan teori, atau telaah pustaka. Pada umumnya yang diuraikan dalam bagian ini adalah (1) deskripsi teori, (2) kerangka berpikir, den (3) hipotesis/pertanyaan penelitian. Agar pemahaman terhadap masing-masing aspek tersebut lebih baik, ikutilah uraian berikut:
- Deskripsi Teori, merupakan bagian yang menjelaskan kajian teoritis terhadap masalah yang diteliti. Pada bagian inilah variabel-variabel penelitian dikaji secara rasional den empiris. Secara rasional, pengkajian tersebut didasarkan kepada teori-teori yang telah mapan. Teori yang mapan adalah teori yang dikemukakan oleh pakar, telah teruji kebenarannya, dapat dipertanggungjawabkan, dan punya keberterimaan yang besar. Secara empiris, kajian teoritis tersebut diuraikan dengan memperhatikan penelitian terkait lainnya. Kedua bagian ini mengharuskan peneliti mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik melalui bacaan, diskusi, pengalaman, den lain-lain. Informasi tersebut tentu saja informasi yang relevan dengan rumusan masalah penelitian.
- Kerangka Berpikir, kerangka berpikir ini sering juga disebut dengan kerangka konseptual, Dalam bagian ini diuraikan konsep-atau kerangka berpikir peneliti terhadap masalah yang akan ditelitinya. Biasanya kerangka berpikir ini relevan dengan teori yang dipakai. Akan tetapi perlu diingat bahwa kerangka berpikir bukanlah kajian teori. Segala pikiran, anggapan, atau pandangan peneliti terhadap masalah yang ditelitinya dituangkan pada bagian kerangka berpikir ini. Bile terdapat kesamaan antara kerangka berpikir dengan teori yang dipakai, maka teori tersebut harus diolah sedemikian rupa sehingga relevan dengan masalah yang digarap. Artinya teori itu harus dimasukan ke dalam masalah, bukan sebaliknya.
- Hipotesis, merupakan bagian yang menguraikan jawaban-jawaban sementara dari pernyataan-pernyataan Yang berhubungan dengan masalah penelitian. Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan tentang sesuatu hal yang bersifat sementara, yang kebenarannya perlu dibuktikan secara empiris. Hipotesis biasanya diturunkan dari kerangka berpikir. Kadang-kadang pada bagian ini yang diuraikan adalah pertanyaan penelitian. Hal ini tidak salah, sebab suatu penelitian dapat saja memuat hipotesis atau pertanyaan penelitian.
Kenyataan memperlihatkan bahwa bagian ini ada Yang dibuat pada bab 1, yaitu setelah bagian perumusan masalah. Hal ini tidak ada salahnya, akan tetapi bila kita menyadari bahwa hipotesis atau pertanyaan penelitian dirumuskan dari kerangka berpikir, maka sebaiknya bagian ini dibuat pada bab II, yaitu setelah bagian kerangka berpikir. Sebagian peneliti ada Yang membuat asumsi atau anggapan dasar penelitian sebelum bagian hipotesis. Hal ini juga tidak ada salahnya. Bila hipotesis merupakan jawaban sementara, maka asumsi adalah jawaban akhir dari permasalahan. Kalau sifat hipotesis sementara (tentatif), maka sifat asumsi adalah akhir (final). Bila kebenaran hipotesis perlu dibuktikan, maka kebenaran asumsi tidak perlu dibuktikan.
K. Metodologi Penelitian
Bagian metodologi merupakan bagian Yang menjelaskan operasionalisasi suatu penelitian. Melalui bagian inilah penulis menguraikan prosedur pelaksanaan penelitian. Dengan kata lain, segala upaya Yang dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian dijelaskan pada bagian ini. Uraian tentang metodologi ini biasanya di buat pada bab, Ill. Sub bagian dari metodologi ini adalah (1) variabel penelitian, (2) metode Penelitian, (3) populasi dan sampel, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) instrumen penelitian. Uraian dari masing-masing sub bagian ini adalah sebagai berikut.
- Variabel Penelitian, merupakan bagian yang menguraikan hal-hal Yang akan diteliti. Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian. Objek-objek penelitian inilah yang dijelaskan pada bagian variabel penelitian. Melalui bagian ini orang akan mengetahui apa yang diteliti oleh seorang peneliti. Objek penelitian Yang diuraikan dalam bagian ini dapat berupa ciri-ciri, gejala-gejala, peristiwa-peristiwa, benda-benda, dan lain-lain yang dapat diukur secara kualitatif atau kuantitatif
- Metode Penelitian., atau pakar, bagian Yang menguraikan cara-cara yang dilakukan peneliti dalam, penelitiannya, termasuk alasan terhadap pemilihan metode tertentu. Metode dapat diartikan sebagai suatu cara dalam melaksanakan penelitian. Dalam dunia pendidikan, metode penelitian Yang sering digunakan adalah metode eksperimen, eks-post fakto, deskripsi, dan metode historis.
- Populasi dan Sampel, merupakan bagian yang menguraikan tentang responden penelitian, prosedur pemilihan responden, dan alasan penetapan responden. Melalui bagian ini akan diketahui hal-hal Yang berkaitan dengan sumber data. Selama ini ada anggapan bahwa sumber data itu adalah orang. Anggapan ini tidak selamanya benar. Dari kenyataan di lapangan, selain dari orang, data juga dapat diperoleh dari sumber lain. Secara umum sumber data itu dapat berupa (1) orang, (2) artikel,(3) benda-benda tertentu dalam bentuk peninggalan sejarah, obat-obatan, zat-zat kimia, dan lain-lain, (4) tempat atau lokasi, (5) gejala-gejala peristiwa-peristiwa, dan lain sebagainya.
Sumber data penelitian dapat dalam bentuk populasi atau sampel. Yang dimaksud dengan populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen tempat diperolehnya informasi. Kumpulan elemen ini dapat berupa orang, kelompok sosial, peristiwa, benda, dan lain-lain, Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah responden penelitian yang diambil dari sebagian anggota populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatif yaitu sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi penelitian. Kesalahan dalam melaksanakan teknik sampel -dapat menyebabkan kesalahan dalam hal data, hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan penelitian.
Pada umumnya teknik penarikan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu propability sampling dan non-propability sampling. Propability sampling merupakan penarikan sampel yang tiap-tiap anggota . populasi sama-sama memiliki peluang untuk menjadi sampel penelitian. Hal inilah yang menyebabkan teknik penyampaian ini disebut dengan teknik sampel peluang. Sampel peluang, memungkinkan dilakukan karena kehomogenan anggota populasi. Artinya, tiap-tiap anggota populasi mempunyai atau dianggap mempunyai ciri-ciri yang sama. Penarikan sampel dengan teknik ini dapat dilakukan dalam bentuk (1) sampel acak (random sampling), (2) sampel berlapis (stratifikasi sampling), (3) sampel kelompok (closter sampling), (4) sampel berimbang (proportional sampling), dan (5) sampel kembar (doble sampling).-, Teknik non-propability sampling adalah penarikan sampel yang dilakukan kepada anggota populasi, dimana peluang anggota untuk menjadi sampel tidaklah sama. Dasar dari non-propability sampling adalah kebutuhan. Penarikan sampel dengan teknik non-probability sampling dapat dilakukan dalam bentuk (1) sampel bersistematis (sistematic sampling), (2) sampel kuota (quota sampling), (3) sampel aksidental (accidental sampling), (4). sampel bertujuan (purposive sampling), (5) sampel berantai (snowbalI sampling), dan (6) sampel jauh.
- Teknik Pengumpulan Data, merupakan bagian yang menguraikan tentang cara-cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data penelitian dan alasan penggunaan Cara tersebut. Selama ini Cara Yang sering dilakukan adalah dengan mengadakan wawancara, testing, pengisian angket, dam observasi. Ketepatan menggunakan cara sangat dituntut pada setiap peneliti. Kesalahan dalam menetapkan cara, akan rnenyebabkan kesalahan pada data yang diperaleh, sehingga data tidak relevan dengan permasalahan.
- Teknik Analisis Data, merupakan bagian Yang menguraikan tentang cara-cara yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data Yang telah diperolehnya. Data tidak memiliki arti apa-apa bila tidak diolah dam ditafsirkan Hasil pengolahan dan penafsiran ilmiah yang menjadi inti penelitian, sebab dari sinilah temuan penelitian itu diperoleh.
Teknik pengolahan data sangat ditentukan oleh jenis data dam tujuan penelitian. Penelitian kualitatif datanya di olah dengan Cara menyusun data atas kelompok atau kategori tertentu berdasarkan masalah dam tujuan Yang hendak dicapai. Pengolahan data kualitatif tidak menuntut adanya penghitungan satistik, karena data telah memiliki makna sebagaimana adanya. Data yang telah tersusun dapat di olah secara langsung, dam kemudian ditaftirkan. Hasil penafsiran inilah yang akan melahirkan kesimpulan. Pada penelitian kuantitatif data diolah dengan menggunakan analisis statistika. Hal ini disebabkan karena data kuantitatif belum memiliki makna sebelum diolah. Hasil pengolahan inilah yang di-tafsirkan dam disimpulkan.
- Instrumen Penelitian, yaitu bagian yang menguraikan tentang alat Yang digunakan untuk mengumpulkan data, prosedur pembuatan alat tersebut, uji coba, dan analisis terhadap hasil uji coba tersebut. Uraian terhadap alasan penggunaan alat itu juga diterangkan pada bagian ini. Biasanya yang menjadi instrumen penelitian ini adalah tes, daftar angket, d6ftar pertanyaan wawancara, daftar cek, dart peneliti sendiri (khusus untuk penelitian kuantitatif tertentu).
Rabu, 10 Februari 2010
Rabu, 03 Februari 2010
FALAH Y: MODEL MODEL DALAM PEMBELAJARAN
MODEL-MODEL DALAM PENGAJARAN
UNTUK MEMBUAT PELAJAR BELAJAR MANDIRI