Selasa, 03 Agustus 2010



TINJAUAN TENTANG TEORI BELAJAR MENGAJAR



PENGERTIAN BELAJAR


Belajar pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar untuk merobah tingkah lakunya kearah yang positif baik dengan ilmu pengetahuan baru maupun dengan berbagai keterampilan-keterampilan baru.

Dari definisi diatas dapat di indentifikasikan ciri-ciri dari belajar sebagai berikut:


  1. Belajar adalah kegiatan aktifitas yang menghasilkan perobahan pada individu maupun kepada kelompok yang belajar, baik atual maupun potensial.
  2. Perobahan itu pada hakekatnya didapatnya kemampuan baru yang berlaku untuk jangka waktu yang relatif lama.
  3. Perobahan itu terjadi karena usaha yang sadar.


Sering belajar didefinisikan oleh siswa maupun oleh para guru dengan definisi yang salah. Siswa mendefinisikan belajar adalah dengan membaca atau menuntut ilmu disekolah, hal ini terjadi karena para guru mendefinisikan belajar dengan arti yang amat sempit. Sering kali terdengar bahwa guru menyamakan bahwa belajar adalah juga dengan membaca buku. Sehingga gurupun mengajar hanya dengan mentranfer pengetahuan kepada anak didiknya tanpa harus memperhatikan situasi dan kondisi anak didik itu sendiri.


Dari definisi yang sering terdengar tersebut, jelas sulit untuk mencapaitujuan dari belajar itu sendiri begitu juga dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena hal-hal yang sebenarnya harus diperhatikan akan terlupakan.


Atau ada juga ilustrasi lain, dimana apabila mendengar kata "belajar" akan langsung mengingat seseorang pada ruangan kelas dan sekolah. Setting yang demikian adalah kebiasaan yang amat sempit, karena pada hakekatnya seseorang itu belajar pada hakekatnya dimulai semenjak dia baru lahir.


Tentang belajar banyak para ahli yang mencoba teori belajar definisinya, namun secara global teori belajar ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok :

  1. Teori belajar behavioristik
  2. Teori belajar coknitif
  3. Teori belajar humanistik


TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori belajar Behavioristik ini dikelompokkan lagi menjadi 2 kelompok besar

  1. Teori Belajar Koneksionisme (Teori Thorndike)
  2. Teori Belajar Conditioning


Teori Belajar Koneksionisme

Teori belajar ini dikembangkan pada tahun 1913, 1932, 1935 dan 1968. Menurut teori ini Belajar pada hewan berlangsung sama dengan belajar pada manusia, yaitu pembentukan asosiasi antara kesan penca indra dengan kecendrungan untuk belajar


Proses belajar oleh Thorndike ini disifatkan sebagai learning selcting and conecting. Proses belajar berlangsung secara trial and error yang berlangsung menurut hukum tertentu. Hukum tertentu yang dimaksudkannya adalah :

  1. Hukum kesiapan
  2. Hukum latihan
  3. Hukum efek


Hukum kesiapan akan berlaku dalam keadaan tertentu antara lain adalah :


  1. Seseorang cendrung untuk melakukan tindakan karena tindakan tersebut menimbulkan kepuasan oleh karena itu ia tidak melakukan tindakan lain, sehingga tindakan yang dilakukannya dikerjakan dengan sepenuh hati.


  1. Seseorang yang tidak jadi melakukan pekerjaan atau tindakan, hal ini karena tindakan yang dilakukan hanya untuk mengurangi atau menentralisir kekecewaan yang atau ketidak puasannya. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan tidak dengan sepenuh hati.


  1. Seseorang yang cendrung untuk tidak melakukan tindakan apapun, akan tetapi karena ia dipaksa untuk melakukan tindakan tersebut maka ia melakukannya.


Hukum kesiapan ini mengandung makna bahwa kegiatan belajar dapat berlangsung dengan efektif apabila siswa telah memiliki kesiapan untu belajar, sehingga siswa tersebut belajar dengan sepenuh hati.


Hukum Latihan menyatakan bahwa antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan. Hukum ini merupakan justifikasi tentang perlunya seseorang yang belajar untuk berlatih atau diberi latihan yang diberikan diharapkan pelajaran yang diberikan akan diulang-ulang, semakin sering diulang maka semakin terkuasai bahan yang diberikan tersebut.


Hukum Efec menyatakan bahwa kegiatan belajar itu akan berlangsung dengan efesien fan efektif apabila belajar itu sendiri membawa efek yang menyenagkan bagi siswa yang belajar. Salah efek yang menyenagkan misalnya pujian atau hadiah. Belajar yang mempunyai efek yang menyenangkan akan cendrung untuk diulangi, sedangkan pelajaran yang mempunyai efek yang tidak menyenangkan cendrung untuk tidak diulangi.


Secara praktis pada hakekatnya hukum efek ini cendrung akan mengkaji masalah hadiah dan hukum, seseorang yang memperoleh hadiah dari perbuatannya akan cendrung untuk mengulangi perbuatan tersebut, sedangkan seseorang yang cendrung memberi hukuman dari perbuatannya cendrung untuk ditinggalkan.


Contoh, seorang anak kecil jika mengulurkan tangan kanan dalam menerima sesuatu akan mendapatkan hadiah dan pujian, sehingga perbuatan yang demikian akan cendrung untuk diulangi, sebaliknya jika dia mengulurkan tangan kirinya sering mendapatkan hukuman, maka mengulurkan tangan kiri inipun cendrung untuk tidak dilakukan lagi.


Hukum ini menuntut kepada guru untuk dapat memperhatikan dalam memberikan hukuman dan selaan kepada siswanya.


Masih ada satu lagi konsep dari Thorndike yang perlu dikemukakan disini, yaitu tranfer of training konsep ini mengandung makna bahwa apa yang pernah dipelajari atau dilatihkan di sekolah hendak bermakna bagi kehidupan siswa dalam kesehariannya, dengan kata lain materi yang diterima siswa tersebut disekolah hendaknya dapat diteransferkan dalam kehidupan sehari-harinya dalam masyarakat. Akan tetapi jika materi yang diberikan hanya terbatas kegunanya sebatas lingkungan sekolah maka sekolah itu hampir tidak ada maknanya bagi siswa tersebut. Konsep ini sering juga disebut dengan nama teoriberunsur indentik yang menyatakan bahwa hasil latihan dapat ditransfer apabila pengalaman belajar disekolah banyak mengandung unsur yang indentik dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa tersebut di masyarakat.


Teori Belajar Conditioning

Teori belajar ini dipelopori oleh Pavlov (1927) Watson (1970) Gotrie (1935 dan 1942), Skiner (1938, 1948)


TEORI CLASSICAL CONDITIOANING dan PAVLOV

Pavov mengadakan percobaan terhadap seekor Anjing dengan meletakkan suatu alat di dekat mulut anjing tersebut. Guna alat tersebut untuk mengetahui apakah kelenjar air ludah anjing tersebut keluar atau tidak. Setelah itu anjing tersebut diberi makan, yang kemudian saat memberi makan anjing tersebut di ikuti dengan memberikan isarat lain seperti bunyi lonceng, lama kelamaan hanya dengan membunyikan lonceng saja air liur anjing tersebut keluar. Eksperiment klasik ini menghasilkan suatu konsep bahwa tingkah laku tertentu dapat dibentuk. Dipelajari melalui latihan/dengan pengaturan dan manipulasi lingkungan yang direncanakan.


Dari percobaan tersebut Pavlov kemudian menyimpulkan bahwa dua stimulus :


  1. unconditioning stimulus

    perangsang tak bersarat atau perangsang alami, artinya perangsang yang secara alami memang dapat menimbulkan respon tertentu, misalnya makanan bagi anjing.


  1. conditioning stimulus

    atau perangsang bersyarat yaitu perangsang yang secara alami tidak dapat menimbulkan respon, akan tetapi melalui proses persyaratan yang dapat menimbulkan rangsangan atau respon.


Inti dari teori ini adalah tingkah laku tertentu dapat dibantu dengan melakukan "pancingan" dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku itu.


TEORI CONDITIONING DARI WATSON


Watson mengadakan percobaan dengan menggunakan kelinci yang dibalut dengan kain kemudian memperlihatkan kelinci tersebut kepada anak yang takut akan kelinci tersebut, kemudian pada saat anak tersebut sudah melihat kelinci tersebut maka sianak akan menjerit sekuat kuatnya karena saking takut akan kelinci tersebut, akan tetapi dengan melakukan secara berulang-ulang maka pada percobaan yang berikutnya si anak akan berkurang rasa takutnya sampai akhirnya anak tersebut tidak lagi merasa takut akan kelinci tersebut.


Inti dari teori ini mengemukakan bahwa perasaan takut dapat dirobah menjdai perasaan tidak takut dengan melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.


TEORI OPERAN CONDITIONING DARI SKINER

Skiner membedakan dua macam response :

  1. Respondent response

    Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu, dengan perkataan lain respond ini timbul memang sudah seharusnya ada dalam diri seseorang, seperti makanan yang enak mengundang selera makan. Perangsang yang demikian sering juga disebut dengan elicting stimuli. Pada umumnya perangsang yang demikian didahului oleh respon yang ditimbulkannya.


  1. Operance response

    Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang yang terdahulu, sering juga disebut dengan reinforcing stimuli karena perasaan tersebut memperkuat response yang telah mendahuluinya.


Didalam kenyataannya respon jenis yang pertama sangat terbatas adanya pada manusia dengan kata lain belum tentu manusia mempunyai response yang sama terhadap peransang yang sama, sedangkan jenis yang kedua merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia.


KOGNITIF

Teori Gestal (Kofka, Kohler, wertheirmer)

  • Pengalaman belajar berstruktur dalam bentuk keseluruhan yang bersumber dari insignt

    Insignt dipengaruhi oleh :

  1. Kemampuan dasar
  2. Pengaturan situasi
  3. Pengalaman masa lampau
  4. Didahului dengan coba-coba


Hukum Gestal dalam pengalaman

Hukum umum

  • Mengamati sesuatu dengan arti tertentu
  1. Hukum kesamaan

    X – o

    X – o cendrung diamati tegak lurus

    X – o

  2. Hukum keterdekatan
  3. Hukum ketertutupan
  4. Hukum Kontinitas


II Teori Medan

  1. Belajar – merubah struktur kognitif 0 0 0

    0 0 0

    0 0 0


  1. Peranan Hadiah dan hukuman
  • Hadiah – cendrung disukai (motivasi)
  • Hukuman – menghambat


  1. Masalah Sukses dan gagal
  • Sukses – gairah – berusaha lebih lanjut
  • Gagal – malu – hilang semangat


4. Tarap Aspirasi – keginginan- sesuai dengan kemampuan



TEORI CONDITIONING DARI GUTRIE


Teori ditemukan untuk merubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang lebih baik. Secara keseluruhan inti dari teori ini menyatakan bahwa tingkah laku manusia merupakan unit-unit tingkah laku yang saling memberi respon/reaksi terhadap stimuli yang timbul dari masing-masing unit tingkah laku tersebut.


Gutrie memberikan beberapa metode yang dapat dilakukan untuk merubah kebiasaan seseorang, methode-methode yang dikemukakan oleh guyrie antara lain adalah:

  1. Metohde Respon Bertentangan

    Untuk menghilangkan kejinakan anak terhadap sesuatu benda atau hal maka gutrie mengajurkan agar dilakukan memberikan hal yang tidak disukainya tersebut sampai anak itu sendiri merasa bahwa hal yang semula tidak disukai atau yang dijijikannya menjadi disukainya atau anak tersebut tidak lagi merasa jijik terhadap hal tersebut, seperti misalnya anak yang takut dengan kucing, maka letakanlah benda yang paling disukai anak tersebut dekat dengan kucing misalnya boneka kesayanganya sampai akhirnya anak itu sendiri mengambil misalnya tersebut.


  1. Metohde Membosankan

Jika ingin merobah tingkah laku anak dari yang biasa dilakukan, berikanlah apa yang akan dirobah tersebut sepuas-puasnya sampai akhirnya anak tersebut merasa bosan sendiri untuk melakukan tingkah laku yang demikian,misalnya jika melerang anak merokok maka suruh anak itu merokok sebanyak banyaknya sampai anak itu bosan sendiri merokok di saat itu,akan tetapi hal seperti itu harus di lakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali waktu saja.(?)


  1. Metohde Mengubah Lingkungan

Misalnya anak yang sering cekcok dengan orang tuanya, maka dianjurkan agar anak tersebut dapat diungsikan dulu buat sementara waktu ketempat famili sampai ada yang rindu dalam arti si anak untuk berjumpa dengan orang tuanya maka baru pada saat itu anak tersebut dikembalikan kepada orang tuanya atau misalnya dalam belajar dengan merobah posisi tempat duduk maka akan meolong ketidak senangan anak berada dalam kelas


TEORI BELAJAR KOGNITIF


  1. Teori belajar gestalt dan kofka

Dalam teori ini amat prinsip di kemukakan bahwa insight(pengertian)adalah inti dari belajar,karena apa yang di pelajari hendaknya dapat di mengrti dan di pahami oleh si pelajar itu sendiri,belajar hendaknya selalu insightful learning.


Selanjutnya dikemukakan bahwa antara insihg dan insightful learning itu sendiri akan berlaku dengan pertimbangan sendiri.


  1. insight tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi, insigtful learning hanya mungkin diperoleh apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga aspek yang diperlukan tersembunyi, kegunaanya untuk menjelaskan akan menjadi sukar dilakukan.
  2. Insightful learning akan sangat tergantung kepada kemampuan dasar yang dimiliki oleh sianak, sedangkan kemampuan dasar itu sendiri akan sangat tergantung kepada :
    1. Umur
    2. Keanggotaan dalam suatu spesis
    3. Perbedaan individual dalam suatu apesies
  3. insight tersebut akan sangat tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan, latar belakang kehidupan akan menentukan terjadinya insight akan tetapi tidak menjamin terjadinya.
  4. insight didahului periode mencari dan mencoba-coba, sebelum memecahkan masalah subjek mungkin melakukan hal-hal yang kurang relevan terhadap pemecahan masalah tersebut.
  5. Pemecahan masalah dengan pengertian dapat diulangi dengan mudah sekali telah dapat memecahkan soal dengan pengertian maka orang tersebut akan dengan mudah memecahkan soal berikutnya.
  6. Sekali insight diperoleh maka lalu dapat diulangi/digunakan untuk menghadapi berbagai situasi.


Dapat disimpulkan bahwa insight ini akan dipengaruhi oleh :

  1. Kemampuan dasar
  2. Pengetahuan sedang
  3. Pengetahuan masa lampau
  4. Didahului oleh coba-coba


Dalam pengetahuan sehari-hari maka dipengaruhi oleh hukum-hukum tertentu :

  1. Hukum kesamaan

    Seseorang cendrung mengamati hal-hal yang sama yang saling berdekatan

  2. Hukum keterdekatan

    Seseorang cendrung mengamati sesuatu yang berdekatan

  3. Hukum ketertutupan

    Hal-hal yang tertutup cendrung menarik perhatian seseorang

  4. Hukum kontinuitas

    Hal-hal yang berkelanjutan lebih banyak menyita perhatian seseorang

Dari hukum-hukum ini diperoleh bahwa dalam menyajikan pelajaran, contoh-contoh yang akan diberikan sebaiknya memperhatikan hukum-hukum di atas, contoh-contoh yang diberikan punya kesamaan yang dengan kehidupannya dekat dengan lingkunganya. Serta mengundang keingintahuan juga harus berkesinambungan.


2. Teori Belajar Medan

Teori belajar medan mula-mula dikembangkan oleh Kurt Lewin prinsip-prinsip yang dikemukakan sebelumnya diakui oleh Lewin dan ditambah dengan unsur-unsur baru diantaranya adalah :

  1. Belajar adalah pengubahan struktur kognitif, pemecahan problem hanya terjadi apabila struktur kognitif diubah. Pengubahan struktur kognitif tersebut seperti contoh dibawah ini :


Soal : Hubungkanlah kesembilan titik dibawah ini dengan empat buah garis lurus tanpa mengakat pensil anda.








Kebiasaan siswa dengan melihat gambar tersebut siswa akan berfikir bahwa titik tersebut nantinya akan membentuk sebuah persegi empat, sesungguhnya anggapan demikian adalah salah. (coba anda fikirkan)


  1. Peranan hadiah dan hukuman, hadiah dan hukuman adalah sarana untuk memotivasi siswa. Akan tetapi dalam penggunaannya memerlukan pengawasan yang cukup dari guru. Nilai yang baik bagi siswa adalah sesuatu yang mereka inginkan, akan tetapi tugas bagi mereka adalah sesuatu yang memberatkan, pada hal untuk memperoleh nilai yang baik mereka harus dapat mengerjakan tugas dengan baik pula. Akan tetapi kecendrungan mereka yaitu dengan tidak mengerjakan tugas dengan baik akan tetapi memperoleh nilai yang baik. Untuk menghindari hal yang demikian maka perlu dilakukan pengawasan dengan baik, karena tigas dinggap sebagai hukuman, sedangkan nilai dianggap sebagai hadiah.


  1. Masalah sukses dan gagal. Motivasi yang lain yang dianggap penting adalah pengalaman sukses dan gagal pada masa lalu. Pengalaman sukses itu diperoleh dalam berbagai keadaan antara lain :


  • Pengalaman sukses dialami seseorang apabila seseorang itu mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti seorang mahasiswa yang benar-benar ingin lulus ujian untuk suatu program, dan mahasiswa tersebut benar-benar lulus maka keadaan yang demikian adalah sesuatu kesuksesan.
  • Pengalaman sukses juga dapat dialami apabila seseorang telah sampai pada suatu daerah yang diinginkannya.
  • Pengalaman sukses juga dapat diperoleh apabila seseorang telah merasa mengalami kemajuan kearah yang ingin dicapai.
  • Pengalaman sukses juga dapat dirasakan oleh seseorang apabila telah berbuat dalam cara yang oleh masyarakat dianggap sesuatu yang menyenangkan.


H. TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Dalam dunia pendidikan teori humanistik mulai muncul pada tahun 1960 an. Tokoh humanistik yang terkenal adalah Combs dan Maslov.


1. Teori Belajar umanistik Menurut COMBS

Inti dari teori belajar yang dikemukakan oleh Combs menyatakan bahwa jika seseorang ingin memahami perilaku orang lain, maka orang tersebut terlebih dahulu harus memahami persepsi orang tersebut.


Apabila kita ingin merobah perilaku seseorang maka kita terlebih dahulu harus berusaha untuk merobah keyakinan dan pandangan orang tersebut. Combs menyatakan bahwa perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dengan orang lain.


Lebih jauh Combs menyatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya adalah implikasi dari ketidak mampuan seseorang untuk berbuat kepuasan terhadap dirinya sendiri. Banyak guru beranggapan bahwa siswa yang mau belajar apabila subjek matternya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Pada hal "arti" tidaklah menyatu dengan subjekc matter. Dengan perkataan lain sesungguhnya individu lah yang akan memberikan arti terhadap subject matter tersebut. Sehingga yang penting adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi peribadinya dari subject matter tersebut, bagaimana siswa dapat mengunakan subject matter itu dengan kehidupan sehari-hari.


Suatu ilustrasi disebutkan bahwa makin jauh sesuatu peristiwa dari persepsi seseorang maka makin jauh pula/makin kurang pengaruh peristiwa tersebut bagi individu. Atau hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri seseorang makin mudah hal tersebut dilupakan.


2. Teori Belajar Humanistiuk Dari Maslov

Terdapat berbagai perasaan takut, seperti takut untuk berlambang, takut untuk mengalami ketuaan serta takut untuk berusaha, takut mengambil kesempatan dan sebagainya.


Untuk mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan maka hal perlu dilakukan adalah dengan menghilangkan perasaan takut tersebut. Menghilangkan perasaan takut tersebut dilakukan dengan menimbulkan suatu kepercayaan diri, atau dengan memenuhi kebutuhan dari individu tersebut.


I. TEORI MENGAJAR

Mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar untuk merobah tingkah laku atau memberikan keterampilan baru kepada seseorang.


Beberapa teori mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain adalah:


1. Teori Mengajar Bruner

Bruner berpendapat bahwa mengajar hendaknya:

a. Menguraikan pengalaman belajar yang perlu ditempuh oleh siswa

  1. Menguraikan cara organisasi batang tubuh ilmu pengetahuan yang akan dipelajarinya
  2. Menguraikan secara sistematis pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan kepada siswa
  3. Menguraikan pengautan-pengautan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan


Bagi Bruner mengajar adalah penyajian konsep-konsep dan masalah secara bertahap dalam bentuk yang mudah untuk dipahami.

Bruner mengemukakan beberapa tekhnik penyajian :

  1. Sibolik berupa penggunaan bahasa dalam penyajian ide objek dengan memperhatikan (perkembangan kejiwaan anak)
  2. Ikonik berupa penggunaan gambar dalam penyajian konsep terhadap siswa penyajian ini bersifat abstrak
  3. Enaktif berupa kegiatan kognitif dalam bentuk gerak psikomotor, artinya si pelajar dan guru langsung mepraktek apa yang diajarkan.


Bila seseorang siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajar dengan pemberian secara simbulik atau dengan pemberian objek oleh guru secara verbal, maka guru akan melanjutkan dengan mempergunakan cara ikonoiik akan tetapi masih dalam bentuk abstrak dan kalu siswa masih juga belum mengerti apa yang diterangkan maka selanjutnya guru mengajak siswa untuk mempraktekan langsung atau langsung siswa diajak kedalam situasi yang sesungguhnya.


TEORI MENGAJAR BRUNER

Mengajar Guru harus.

  1. Menguraikan pengalaman yang akan ditempat
  2. Menguraikan Batang Tubuh organisasi pelajaran
  3. Menguraikan secara sistematis pokok bahasan yang akan disajikan
  4. Menguraikan panutan


Cara penyajian

  1. Enaktif – Praktek langsung
  2. iKonik – Pengeluaran gambar
  3. Simpolik – Permohonan bahasa untuk menyajikan konsep


Ausubel :

  1. mengidentifikasi yang sudah diketahui siswa
  2. menerangkan apa yang perlu diketahui
  3. bagaimana cara menstrukturkannya


Konsep

  1. Bahan pengait – bahan pembantu untuk pembuat materi
  2. Belajar bermakna –
    1. Makna logis – tak perlu di perdebatkan
    2. Makna psikologis – menurut individu


Gagna – Kondisi belajar (penataan siswa belajar)

Mencakup :

  1. motivasi
  2. arah minat
  3. evaluasi hasil



J. TEORI MENGAJAR AUSUBEL

Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini sering juga disebutkan bahwa mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa.

Inti utama dalam mengajar ialah mengindentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaimana menstrukturkannya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk dipahami sebagai sesuatu kebulatan pengetahuan yang utuh.

Berhubungan dengan itu maka Ausubel mengemukakan konsep antara lain:

  1. Bahan pengait

    Berupa bahan atau materi pelajaran lain akan tetapi sangat mendukung dan berkaitan dengan materi yang akan atau sedang diajarkan, sehingga guru dituntut untuk tahu dan dapat mempelajari bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi yang disaksikan. Seperti jika seorang guru menerangkan gerhana materi total maka bahan pengaitannya adalah perdasaran planet.


  1. Belajar bermakna

    Mempelajari bahan pelajaran dengan berusaha menghayati makna logis makna psikologis dari materi yang disajikan.


  • Makna logis, yaitu makna yang terdapat dalam kamus atau dengan perkataan lain adalh makna yang tidak terbantahkebenarannya.
  • Makna psikologis, yaitu makna menurut persepsi seseorang terhadap yang diterimanya, sehingga bisa saja makna psikologis ini akan berbeda-beda masing-masing orang.


Beberapa Definisi Mengajar

  1. Mengajar – menanamkan pengetahuan pada anak
  2. Mengajar – menyampaikan kebudayaan pada anak
  3. Mengajar – mengatur lingkungan – terjadi PBM


Gaya Mengajar

Guru harus memahami :

  1. mampu dan mampu melaksanakan komunikasi dengan baik
  2. mampu mengintegrasi diri dengan bahan yang diajarkan
  3. mengenal dengan baik burid-muridnya
  4. menguasai belajar dengan baik


Gaya mengajar

  1. cara berdiri di muka kelas
  2. cara bergerak dan berjalan di kelas
  3. gerakan-gerakan tangan yang dilakukan
  4. pandangan mata
  5. mimik dan gerak muka
  6. suara
  7. sikap berdiri
  8. cara menulis
  9. cara bertanya
  10. cara menenangkan kelas
  11. cara memuji



K. TEORI MENGAJAR GAGNE

Menurut Gagne mengajar sesungguhnya adalah penataan situasi dan kondisi belajar seseorang, dan orang yang belajar itulah yang sesungguhnya yang akan berusaha untuk mencari sendiri, sedangkan guru hanya akan menata situasi sedemikian rupa.

Dalam menata situasi mencakup beberapa hal antara lain adalah :

  1. motivasi
  2. arah minat dan perhatian
  3. evaluasi hasil belajar


Prinsip-prinsip belajar

  1. Tujuan belajar harus dikatahui anak
  2. Tujuan belajar perkalian dengan kehidupan anak
  3. Tujuan berharga bagi siswa
  4. Proses dan hasil belajar berpusat berhubungan dari acuan
  5. Dalam proses siswa terlibat dan mengalami
  6. Anak didik bereaksi suatu keseluruhan, jasmani dan rohani
  7. Siswa akan bereaksi apabila lingkungan mengandung arti baginya
  8. Dalam belajar anak memerlukan bimbingan
  9. Yang diperoleh dari belajar adalah suatu kesatuan atau tidak terpotong-potong
  10. Harus ada tujuan sampingan selain tujuan utama.







Tidak ada komentar: